biografi nietzsche
BIOGRAFI NIETZSCHE
Nietzche lahir di Röcken, 15 Oktober 1844. Ketika Nietzche berusia empat tahun, tiba-tiba ayahnya sakit keras dan meninggal pada tahun 1849. Sejak itu seluruh keluarga pindah ke Naumburg, kota asal nenek moyang Nietzsche. Menjelang umur 6 tahun, Nietzche masuk sekolah Gymnasium. Di sekolahnya, Nietzche termasuk orang yang amat pandai bergaul. Dengan cepat dia dapat menjalin persahabatan dengan teman-teman sekolahnya. Melalui teman – temannya inilah ia mulai diperkenalkan dengan karya-karya Goethe dan Wagnet. Dari perkenalannya yang pertama dengan sastra dan musik, dia merasa bahwa dia cukup mempunyai bakat dalam bidang itu.
Pada umur 14 tahun, Nietzche pindah ke sekolah dan sekaligus asrama yang bernama Pforta. Sekolah ini dikenal cukup keras dan ketat. Selama di Pforta Nietzsche belajar bahasa Yunani dan Latin secara intensif. Dari sinilah dia mendapatkan bekal yang kuat menjadi seorang ahli folologi yang brilian. Di samping belajar kedua bahasa itu, ia juga masih belajar bahasa Hibrani, karena pada waktu itu ia masih tetap bermaksud menjadi pendeta sesuai dengan keinginan keluarganya. Namun, Nietzsche mengakui bahwa dia tidak berhasil menguasai bahasa Hibrani. Bagi Nietzsche, tata bahasa Hibrani yang termasuk rumpun bahasa Semit ini dirasa terlalu tinggi.
Pada tahun-tahun terakhir di Pforta, Nietzsche sudah menunjukkan sikap jalangnya. Dalam tulisannya, Ohne Heimat (Tanpa Kampung Halaman), ia mengungkapkan gejolak hatinya yang ingin bebas dan minta dipahami. Bersamaan dengan itu ia juga mempertanyakan iman Kristennya dan bahkan secara perlahan – lahan mulai meragukan kebenaran seluruh agama. Sejak di Pforta, Nietzsche merasa tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan hidup. Berkali-kali ia menyatakan mau mengadakan semacam pencarian dan percobaan (Versuch) dengan hidupnya. Ia melakukan percobaan ini secara radikal dengan melepaskan teologi. Ia memilih menjadi seorang freethinker. Ia ingin bebas, tidak hanya bebas melepaskan beban, tetapi juga bebas memilih beban yang lebih berat.
Pada pertengahan 1865, Nietzsche pindah ke Leipzig untuk belajar filologi selama empat semester. Disana ia akrab dengan dosennya F. Ritschl, dan diakui oleh dosennya sebagai mahasiswa yang paling berbakat diantara semua mahasiswa yang pernah diajarnya. Penilaian ini berdasarkan tulisan Nietzsche yang pertama di bidang Filologi, yaitu De Theognide Megarensis (Silsilah Para Dewa Megara). Disini juga Nietzsche memenangkan hadiah yang disediakan Universitasnya. Karangannya yang memenangkan hadiah itu adalah Diogenes Laertius.
Buku-buku yang mempengaruhi pemikiran Nietzsche adalah buku karya Schopenhauer (1788-1860) yaitu Die Welt als Wille und Vors-tellung (The Worlds as Will and Idea, Dunia sebagai Kehendak dan Ide, 1819), lalu buku karya seorang neo-Kantian, Friedrich Albert Lange (1828-1975) yang berjudul Geschichte des Matreilasmus und Kritik seiner Badeutung in der Gegenwart (Sejarah Matrealisme dan Krotik Maknanya pada Zaman Sekarang, 1866). Buku-buku ini amat menarik karena saling bertentangan satu sama lain. Buku yang ditulis Schopenhauer, menurut Nietzsche berbicara tentang perasaan dan melihat manusia secara utuh. Sedangkan Langer menulis bukunya lebih dengan intelek saja, dan pendekatannya terhadap manusia terbatas pada segi filosofis saja. Kesimpulan Nietzsche adalah bila buku Schopenhauer benar maka buku Langer harus salah, begitupun sebaliknya.
Pada tahun 1867-1868 terjadi perang antar Jerman dan Paris. Nietzssche menjadi anggota dinas militer. Ia mengalami kecelakaan ketika mengikuti dinas ( jatuh dari kuda) dan terpaksa dirawat selama 1 bulan. Ia juga menyaksikan peristiwa-peristiwa tragis sebegaimana terjadi setiap perang. Seluruh pengalaman ini menimbulkan goncangan dalam dirinya. Ia mulai bertanya pada dirinya: melanjutkan studi filologi atau studi lain. Kini ia merasa bahwa belajar filologi itu hambar dan mati. Ia ingin belajar yang lebih menarik untuk hidup.
Nietzsche merasa “jatuh cinta” terhadap musikus Richard Wagner. Pengalaman ini terjadi ketika ia menyaksikan pementasan Tristan dan Meistringer. Ketika bertemu secara pribadi dengan Wagner, membuai Nietzsche yakin bahwa ternyata kebebasan dan karya yang jenius itu masih mungkin dicapai. Ia juga tahu bahwa wagner seorang pengaggum Schopenhauer. Sejak itu Nietzsche menggabungkan dua tokoh itu, Wagner dan Schopenhauer, menjadi agama barunya.
Nietsche pernah menjadi seorang dosen di Universitas Basel, Swiss. Dia mengajar selama 10 tahun dan berhenti karena kesehatannya memburuk. Nietzsche menjadi dosen mata kuliah filologi dan bahasa Yunani. Selama menjadi dosen, Nietszche sering jatuh sakit. Sejarah kesehatannya perlu diketahui, karena banyak orang menganggap bahwa karangan- karangannya tidak lebih dari ungkapan atas pengalamannya menghadapi sakit.
Anggapan ini tidak dapat di tolak, karena ketika sakit, ia sangat produktif. Dia menghasilkan banyak karangan yang digolongkan sebagai karangan terbaiknya. Buku Die Geburt de Tragödie aus dem Geiste der Musik (The Birth of Tragedy Out of the Spirit of Music; Lahirnya Tragedi dari Semangat Musik) pada tahun 1872. Pada tahun berikutnya terbit buku tentang tragedi Yunani Unzeitgemässe Betrachtungen (Untimely Meditations; Permenungan yang Terlalu Awal). Buku ini terbagia atas 4 bagian . bagian pertama berjudul David Strauss, der Bekenner und der Schriftsteller (David Strauss, Pengaku Iman dan Penulis), terbit tahun 1873. Dua bagian berikutnya terbit tahun 1874, masing-masing berjudul Vom Nutzen und Nachteil der Historie für das Leben (Kegunaan dan Kerugian Sejarah bagi Hidup) dan Schopenhauer als Erzieher (Schopenhauer sebagai Pendidik). Dan bagian keempat baru terbit dua tahun berikutnya, 19876, dengan judul Richard Wagner in Bayreuth (Richard Wagner di Bayreuth). Pada tahun yang sama diberi kesempatan untuk beristirahat selama setahun dari Universitasnya. Kesempatan ini digunakan untuk tinggal di Italia bersama kedua temannya. Disana mereka masing-masing merencanakan untuk menulis buku. Nietzsche merencanakan menulis buku Menschliches, Allzumenschiches (Human, All- Too-Human; Manusiawi, Terlalu Manusiawi). Pada tahun 1879, Nietzsche menderita sakit yang amat berat selama 118 hari. Dan memaksa Nietzsche mau tidak mau untuk mundur sebagai dosen.
Sampai dengan tahun 1889 saat menderita sakit jiwa, Nietzsche tidak dapat menghentikan kegiatannya untuk selalu menulis dan merenung. Pada tahun 1882, ia menertbitkan sebuah buku yang paling indah dan paling penting, yaitu Die Fröhlice Wissenschaft (“la gaya scienza”: Ilmu yang Mengasyikkan). Dalam buku inilah Nietzsche memproklamasikan bahwa “ Tuhan sudah mati”.
Tahun 1889 adalah tahun yang paling menyedihkan Nietzsche. Ia ditimpa sakit jiwa. Tahun 1890 ia dipindahkan oleh ibunya ke Naumburg dan dirawat sendiri di sana. Keluarga ini semakin malang ketika pada tanggal 20 April 1897 sang ibu meninggal. Pada tahun itu juga Elizabeth memindahkan Nietzsche ke Weimar. Dan disana Nietzsche meninggal pada tanggal 25 Agustus 1900. Saat-saat terakhir Nietzsche sungguh tragis. Selama dua tahun terakhir hidupnya, ia tidak dapat menegtahui apa-apa dan tidak dapat berpikir lagi. Bahkan ia tidak tahu bahwa ibunya sudah meninggal dan juga tidak tahu bahwa ia mulai termahsyur.
BEBERAPA GAGASAN DASAR PEMIKIRAN NIETZSCHE.
1. Nilai Seni sebagai pengganti Nilai Moral.
Penghayatan hidup melalui jalur seni merupakan jawaban Nietzsche untuk membebaskan oranng dari kungkungan moral. Pendekatan moral dkritik Nietzsche sejauh dilandasi keyakinan akan adanya hukum moral universal dan nilai-nilai moral yang absolut. Nietzsche mengamati hidup tidak mulai dengan gagasan-gagasan seperti penyelenggaraan Illahi, tujuan alam semesta, sangsi-sangsi berdasarkan suatu keharusan absolut. Pendekatan melalui jalur seni akan tercapai, kalau orang melihat unsur dionisian sebagai unsur negatig-dialektik yang mutlak perlu bagi terwujudnya nilai seni itu. Nietzsche melihat bahwa pergaulan hidup adalah pergulatan orang untuk mamadukan semangat dionisian dan apollonian. Dan pergulatan ini ada pada lingkungan estetik dan bukan normatif. Dengan kata lain, pergulatan hidup harus dipandang sebagai usaha untuk menciptakan keindahan. Seni adalah monumen kemenangan manusia dalam menjawab hidup.
2. Kegunaan dan Kerugian Sejarah bagi Hidup
Dalam Die Geburt der Tragödie, Nietzsche menekankan kengerian-kengerian sejarah sebagai tantangan yang menyudutkan orang lemah sehingga diia berusaha menolak hidup. Dan bagi orang yang kuat, tantangan ini mendorongnya untuk menciptakan keindahan. Dalam Unzeitgemässe Betrachtungen, dia mengemukakan bahwa sejarah berguna sejauh memasukkan orang ke dalam keputusan yang mendalam sehingga orang kuat dan sehat melawan penderitaan dengan menciptakan keindahan. Singkatnya, mempelajari sejarah dapat mendorong orang untuk mengafirmasi sekaligus menolak hidup.
Nihilisme
Nihilisme sebagai runtuhnya seluruh nilai dan makna meliputi seluruh bidang kehidupan manusia. Seluruh bidang ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu keagamaan(termasuk moral) dan ilmu pengetahuan. Runtuhnya dua bidang ini membuat manusia kehilangan jaminan dan pegangan untuk memahami dunia dan hidupnya, termasuk aku-nya. Singkatnya, nihilisme mengantarkan manusia pada situasi kritis atau kepada hari yang menjadi “malam terus-menerus”, karena seluruh kepastian hidupnya runtuh. nietzsche mengawali perang melawan setiap bentuk jaminan kepastian yang sudah mulai pudar. Jaminan kepastian yang pertama adalah Tuhan sebagaimana diwariskan oleh agama Kristen. Dan jaminan- jaminan kepastian lainnya adalah model-model Tihan seperti ilmu pengetahuan, prinsip-prinsip logika, rasio, sejarah dan kemajuan(progress). Untuk merumuskan runtuhnya dua jaminan kepastian itu, Nietzsche cukup mengatakannya dengan kalimat “Tuhan sudah mati”. Dengan kata lain paradigma seluruh krisis adalah “Tuhan sudah mati”.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa dalam arti sempit, matinyaTuhan merupakan sumber pemaknaan dunia dan hidup manusia. Nietzsche menyebut situasi ini sebagai nihilisme. Namun, lebih dari itu, sebenarnya ia mengartikan kata “Tuhan” lebih luas daripada pengertian sebenarnya. Bagi Nietzsche, “Tuhan” hanyalah suatu model untuk menunjuk setiap bentuk jaminan kepastian untuk hidup dan manusia. Karena itu, sekalipun orang sudah membunuh Tuhan, orang belum tentu tidak menghidupkan tuhan-tuhan lainnya. Menurut Nietzsche, manusia harus bebas dari makna absolut yang menjamin dirinya dan dunianya. Manusia sendiri harus menciptakan dunia dan memberinya nilai. Dan menunjukkan bagaimana harus melakukannya tanpa bercita-cita menciptakan tuhan-tuhan baru.
Kehendak Untuk Berkuasa Nietzsche
Gagasan Nietzsche tentang kehendak untuk berkuasa tersurat dalam tulisan-tulisannya hanya secara spontan tanpa uraian rinci, sebelum muncul dalam bukunya “The Will to Power”. Sebagai bahan sentral kajian, gagasan kehendak untuk berkuasa baru dikerjakan dan dikembangkan secara lebih intensif dan ambisius dalam catatan-catatan terakhir hidupnya, yang akhirnya dijadikan tema utama dalam calon opus magnum-nya yang tak terselesaikan, tetapi bukan berarti konsepnya mengenai kehendak untuk berkuasa tidak mempunyai akar yang mendalam dalam tulisan-tulisan sebelumnya. Metode filsafat yang dipilih Nietzsche, merupakan kesimpulan dari hasil percobaan-percobaan (Versuch) lewat kontemplasinya yang panjang.
Salah satu usaha untuk meneliti penemuan Nietzsche akan prinsip kehendak untuk berkuasa sudah dilakukan Kaufmann. Dalam salah satu bab yang berjudul The Discovery of the Will to Power, ia dengan teliti mengumpulkan teme-tema kehendak untuk berkuasa dalam buku Nietzsche. Dari penelitian ini tampak bahwa Nietzsche menggunakan istilah kuasa (macth, power) secara berbeda-beda. Mula-mula Nietzsche memaksudkan kehendak untuk berkuasa sebagai prinsip untuk menerangkan perilaku, khususnya perilaku yang tidak disukainya. Dalam hal ini gagasan yang dihasilkannya lebih bersifat psikologis. Dalam perkembangan selanjutnya, kehendak untuk berkuasa dipakai untuk menerangkan dorongan-dorongan hidup yang dimiliki oleh orang-orang Yunani Kuno sehingga mereka mampu menghasilkan kebudayaan yang tinggi
Kehendak untuk Berkuasa : Suatu Provokasi Politik?
Gagasan untuk berkuasa yang ditulis secara aforistik dalam catatan-catatan yang ditinggalkan ini telah mengundang berbagai macam penafsiran, dan salah satu penafsirannya adalah merupakan hipotesis politik. Alfred Baumler meyakinkan bahwa disamping sebagai seorang metafisi, Nietzsche juga merupakan seorang politikus. Penafsiran ini sulit dipisahkan dari ideologi Nazi jerman pada zaman hitler. Ini merupakan upaya yang baik untuk memadukan ideologi Nazi dengan gagasan kehendak untuk berkuasa, demikianlah akhirnya gagasan kehendak untuk berkuasa dijadikan legitimasi ilmiah untuk menyerukan dan merealisasikan slogan “ Deutschland Deutschland uber Alles”.
Pemahaman semangat kehendak untuk berkuasa secara politis ini sebenarnya sudah dirintis oleh Elizabeth, saudari Nietzsche. Negara dipandang sebagai musuh besar karena merupakan penghambat bagi kebebasan untuk merealisasikan diri. Penolakan ini dipertegas dengan pandangannya mengenai kedudukan manusia dalam dunia (die sonder stellung des menschen im cosmos). Menurut Nietzsche kedudukan manusia terletak diantara binatang dan apa yang disebut Ubermansch. Yang membedakan manusia dan binatang terletak pada bahwa manusia memiliki tujuan yang hanya dapat dicapai oleh manusia itu sendiri. Manusia memiliki kemungkinan dan kemampuan untuk mengatasi dirinya, sehingga ia dapat mengembangkan physis-nya. Orang yang tidak merealisasikan kemungkinan dan potensi-potensinya akan tetap sebagai status binatang.
Ia menolak negara, karena negara hanyalah merupakan kesatuan orang-orang yang hidup setengah-setengah. Oleh karena itu negara harus dipandang sebagai godaan yang harus diatasi supaya orang dapat mencapai dirinya sendiri, negara adalah sumber dari berbagai konformitas. Nietzsche membagi tingakatan kebudayaan menjadi 3:
1. Barbar : kehendak manusia untuk menundukkan dan melukai orang lain
2. Normal : kebudayaan orang-orang yang mengagumi dan membiarkan sesamanya tertawa dan bahagia.
3. Asketik : orang lebih berpaling pada diri sendiri dan mengadakan penguasaan diri.
Orang yang berada pada kebudayaan ketiga akan merasakan dirinya sebagai orang yang paling berkuasa. Akhirnya dapat disimpulkan bahwa gagasan kehendak untuk berkuasa bukanlah suatu provokasi politik. Karena kebanyakan orang mengaitkan begitu saja filsafat Nietzsche dengan gejolak politik yang terjadi di zamannya. Kehendak untuk berkuasa pertama-tama harus diarahkan pada penguasaan diri sendiri supaya orang dapat mengatasi status kebinatangannya.
Apa Itu Kehendak untuk Berkuasa?
Kehendak untuk berkuasa dalam beberapa buku Nietzsche memiliki arti yang beraneka ragam. Ada yang menyebutkan hakikat dari dunia, hidup dan ada, tetapi Nietzsche menolak pertanyaan apa itu kehendak berkuasa? Karena menurutnya pertanyaan seperti ini adalah pertanyaan kaum metafisi. Seolah-olah dapat membaca dunia seperti apa adanya. Padahal menurut Nietzsche setiap kegiatan bertanya secara filosofis adalah kegiatan penafsiran terhadap dunia. Kehendak untuk berkuasa bukanlah merupakan suatu substansi yang mendasari segala-galanya. Kehendak untuk berkuasa merupakan khaos yang tak mempunyai landasan apapun. Dan khaos ini berada di bawah segala dasar seperti dibayangkan kaum metafisi.
Kehendak Untuk Berkuasa dan Pengetahuan
Diawali dengan kritik Nietzsche terhadap Kant, karena Kant merupakan filsuf pertama yang secara sistematis mencoba melakukan kritik terhadap pengetahuan. kant berupaya untuk meninggalkan penggunaan akal secara dogmatis tanpa kritis. Nietzsche memuji kejelian Kant untuk melakukan kritik terhadap penggunaan rasio, namun disatu sisi Nietzsche melihat keterbatasan bahkan kebuntuan jalan yang diperlihatkan oleh Kant. Kritik Nietzsche terhadap Kant secara singkat dapat dirumuskan:
Sekalipun Kant sudah melakukan kritik rasio, teori pengetahuan Kant masih didominasi dan dikendalikan oleh pandangan teologis, dogmatis, dan prespektif yang bersifat moral.
Kritik Nietzsche pada Kant terdapat dalam 2 hal:
1. Penilaian Nietzsche tentang pengetahuan sebagai keputusan (judgement).
2. Penilaiannya tentang apa yang disebut Kant benda pada dirinya sendiri.
Nietzsche menegaskan bahwa keputusan harus bersifat sintesis, dalam artian keputusan tersebut menghubungkan beberapa gagasan. Keputusan tersebut juga harus bersifat Apriori, artinya harus bersifat Universal. Kritik Nietzsche yang lebih penting berkaitan dengan kepercayaan Kant tentang adanya fakta pengetahuan. bagi Nietzsche hal tersebut merupakan dosa asal, yang merupakan keyakinannya pada adanya fakta pengetahuan. Nietzsche menunjukkan batu pertema yang menyangga pengetahuan adalah kepercayaan. Pengetahuan yang diajukan Kant menurut Nietzsche merupakan bentuk paling murni dari kepercayaan.
Sehubungan dengan benda pada dirinya sendiri (das ding an sich) Nietzsche mengatakan bahwa dengan mata yang sudah kaburpun orang dapat melihat bahwa pembedaan dunia fenomenal dari das ding an sich tidak dapat sudah tidak dapat dipertanggungjawabkan lagi. Nietzsche berpendapat bahwa pengakuan Kant akan das ding an sich menjadi dunia yang kita hadapi menjadi kurang bernilai, pandangan Kant ini justru akan membuat orang akan semakin menjauh dari das ding an sich, yaitu suatu model Tuhan yang belum berhasil ditanggalkan oleh Kant. Bagi Nietzsche pengakuan akan adanya das ding an sich sama sesatnya dengan pengakuan adanya makna-pada-dirinya atau postulat adanya tuhan yang dikemukakan oleh Spinoza, yang dilanjutkan pada kritiknya terhadap fakta pada dirinya sendiri. Karena baginya fakta terhadap diri sendiri itu tidak ada. Esensi juga tidak ada, apa yang disebut fakta atau sensi adalah hasil dari pemberian makna atau kualitas dari sudut pandang tertentu.
1. Kritik Nietzche atas Moralitas
Sejalan dengan pengalaman keagamaannya yang mengatakan bahwa Allah adalah mahakuasa dan mahaadil, Nietzche mencari jawaban atas rasa ingin tahunya itu pada kemahakuasaan dan keadilan Allah. Allah, menurutnya pasti juga mahakuasa atas kejahatan. Demikianlah Nietzche pada usia itu masih mencari asal usul kejahatan di balik dunia. Tetapi lama kelamaan pada perkembangan selanjutnya , Nietzche mulai meragukan dan bahkan menolak asumsi – asumsi teologis. Dia menjelaskan gejala kejahatan bukan lagi dari balik dunia ini, melainkan lewat dunia.
Kajian Nietzche di bidang moralitas meresapi hampir seluruh tulisannya. Tulisan pertama yang dianggap sebagai perumusan tentatif tentang etika adalah human, All too Human : A book for free spirit. Dalam bukunya itu, Nietzche mengadakan evaluasi tentang apa yang disebut baik dan jahat di kalangan kelas penguasa dan kelas budak tentang asal usul kode asketik tentang etika dan tentang moralitas kebiasaan.
Buku kedua yang banyak membuat masalah moral adalah Beyond Good and Evil Venseit von Gut und Bose. Nietzche mengajukan dua macam moralitas : moralitas budak dan moralitas tuan yang secara agak rinci masih akan dibahas kemudian. Dalam buku ini, Nietzche sudah menunjukkan niatnya untuk melakukan pembalikan semua nilai. Nietzche membagi buku ini menjadi tiga bagian: bagian pertama berbicara tentang psikologi Kristianisme, bagian kedua berbicara tentang suara hati dan dalam bagian ke tiga Nietzche berbicara tentang hubungan cita – cita asketik dan kehidupan.
Dalam bagian pertama bagian tentang psikologi kristianisme, Nietzche menunjukkan bahwa moralitas Kristen lahir dari perasaan kebencian. Moralitas Kristen, sebagaimana dikembangkan oleh para imam, lahir sebagai hasil dari revolusi orang – orang lemah atau para budak yang memendam rasa kebencian dan rasa iri yang mendalam. Gagasan baik dalam moralitas ini kata Nietzche lahir bukan karena mereka ingin menciptakan apa yang disebut baik. Gagasan tentang baik muncul sebagai reaksikelemahannya terhadap lingkungan di sekitarnya.
Pada bagian kedua Nietzche menguraikan pandangannya tentang suara hati . Suara hati adalah suara Allah dalam hati, padahal itu adalah naluri kekejaman. Pandangan yang keliru tentang suara hati ini telah membuat orang mengakibatkan kecenderungan alami manusia yang tidak lain adalah kecenderungan alami manusia, yang tidak lain adalah kecenderungan kehidupan itu sendiri.
Pada bagian ke tiga yang diberi judul “ apakah makna dari cita – cita asketis ?”, Nietzche menunjukkan bahwa kekuatan luar biasa yang muncul dari cita – cita asketis pada dirinya adalah cita – cita yang merusak kehidupan. Sejalan dengan ketakutan manusia dengan dorongan – dorongan kehidupan, orang menciptakan berbagai macam kebijaksanaan yang diungkapkan dengan praktik – praktik asketis.
Menurut Nietzche moralitas tak lebih daripada penghisap arus hidup itu sendiri. Moralitas menjadi kodifikasi dari ketakutan yang memudarkan hidup. Kebutuhan akan moralitas yang kokoh mendorong kelompok dekaden untuk mencari jaminan – jaminan moral yang bersifat tetap dan mutlak. Konsep Tuhan adalah salah satu bentuk jaminan yang paling sulit dilepaskan. Sebaliknya jaminan ini paling dirindukan oleh orang – orang yang dekaden.
2. Kehendak Untuk Berkuasa Sebagai Prinsip Moralitas
Dalam bukunya, The Will to Power, yang secara lebih rinci ia mengaitkan antara moralitas dan kehendak untuk berkuasa, Nietzche menunjukkan bahwa untuk memahami moralitas, kita harus mengaitkannya dengan hidup yang tidak lain adalah kehendak untuk berkuasa. Nietzche tidak mengakui adanya fakta moral. Nietzche menunjukkan bahwa sebenarnya yang disebut moralitas pada dirinya itu tidak ada yang ada hanyalah interpretasi moral . Moralitas adalah sistem oenilaian . sedangkan penilaian moral itu sendiri kata Nietzche selalu berupa exegesis yaitu a wat interpreting. Jadi moralitas bagi Nietzche selalu berarti penafsiran untuk suatu penilaian. Nietzche mengatakan bahwa hakikat dunia ini adalah kekuatan dan hidup adalah suatu satuan kekuatan – kekuatan yang berada dibawah satu penguasaan. Nietzche mengambil beberapa contoh nilai – nilai dan keutamaan dalam kaitannya dengan fungsi organik manusia :
Rasa kasihan dan cinta manusia perkembangan dari dorongan seksual
Keadilan perkembangan dorongan untuk mendendam
Keutamaan merupakan kenikmatan untuk melawan, kehendak untuk berkuasa
Kehormatan merupakan pengakuaan atas adanya persamaan atau kesejajaran kekuasaan.
Nietzche menyebut moralitas ini dengan nama moralitas kawanan karena diciptakan berdasarkan naluri komunal. Naluri yang paling menonjol adalah naluri ketakutan terhadap pribadi – pribadi yang kuat dan bebas.
Bagi Nietzche moralitas kawanan adalah musuh kehidupan. Moralitas ini cenderung meredam nafsu – nafsu spontan yang merupakan ungkapan arus hidup itu sendiri yaitu kehendak untuk berkuasa. Orang – orang Kristen adalah pelaku utama moralitas kawanan.
Moralitas tuan adalah moralitas yang melampaui kategori – kategori baik dan jahat. Seorang dionisian harus mengukur kualitas nilai dengan kategori baik dan jelak, dan bukan dengan baik dan jahat. Baik adalah apa saja yang meningkatkan kehendak untuk berkuasa. Jelek adalah semua yang keluar dari sikap yang lemah.
Ubermensch
Tujuan hidup manusia yaitu manusia yang sudah dijiwai semangat kehendak untuk berkuasa. Nietzche menentang agama kristen karena agama ini dianggap telah merendahkan hidup manusia dengan dalih kebahagiaan kekal dan tak berubah. Penolakan Nietzche terhadap hidup kekal diungkapkan dengan mengibaratkannya sebagai “ bintang – bintang yang berkedip – kedip di langit “. Tujuan itu ilusi belaka. Ilusi itu justru membuat orang membelakangi dan menolak hidup yang sebenarnya. Tetapi penolakan Nietzche tidak hanya berakhir pada kata bukan. Dia tidak hanya berfilsafat dengan paku. Ia juga menunjukkan alternatif tujuan lain yang seharusnya dikejar oleh setiap orang. Tujuan ini adalah Ubermensch.
Oscar Levy menerjemahkan kata Ubermensch dengan kata inggris Superman. Pengarang lain yang menyetujuinya adalah RJ Hollingdale. Kaufmann dan Danto menilai bahwa penggunaan kata Superman dapat menyesatkan pemahaman konsep Ubermensch. Awalan Uber mempunyai peran yang menentukan dalam membentuk seluruh makna Ubermensch. Penerjemahan awalan uber menjadi super mempunyai konotasi kesempurnaan dan kemandegan. Sebagai ganti awalan super Kaufmann mengusulkan awalan over. Pertimbangan kaufmann adalah bahwa awalan over dapat memuat sebagian makna yang terkandung dalam Uberwindung sebagaimana diungkapkan dalam kata inggris over coming.
Ajaran Nietzche tentang Ubermensch diperkenalkan lewat mulut tokoh Zarathustra. Ajaran ini merupakan satu dari sua buah rohani terpenting dari kontemplasi Zarathustra di perbukitan selama bertahun – bertahun . Zarathustra meninggalkan rumahnya pada usia tiga puluh tahun.
Setelah sepuluh tahun menikmati roh dan kesunyian Zarathustra memutuskan meninggalkan bukit – bukit dan turun ke kota. Selama sepuluh tahun ia bagaikan lebah yang mengumpulkan masu, yang akhirnya rindu untuk membagikan madu itu kepada orang – orang yang membutuhkannya. Madu yang dihasilkan Zarathustra tidak lain adalah ajarannya tentang Ubermensch dan ajaran bahwa “ Tuhan sudah mati “. Aku ingin melepaskan dan membagikan ajaran itu sampai orang – orang bijak menikmati kebahagiaan yang dalam dan orang – orang miskin menikmati kebahagiaan dalam kekayaan mereka .
Bagi Nietzche, kebutuhan orang yang paling mendesak adalah soal pemaknaan. Pemberian makna pada dunia hanya dapat dicapai lewat Ubermensch. Ubermensch berada di dunia ini dan tidak di seberang dunia seperti dipikirkan resi tua itu. Memang, kata Nietzche dulu menghujat Tuhan merupakan hujatan yang paling keji. Tetapi kini Tuhan sudah mati, demikian juga para penghujatnya. Bagi Nietzche ,yang sekarang berlaku adalah “ menghujat dunia adalah dosa yang paling berat.
Nietzche menilai bahwa pesimisme terhadap hidup disebabkan oleh kerisauan akan dorongan – dorongan hidup. Satu – satunya penghargaan akan hidup adalah dengan berkata “ya” pada hidup itu. Menurut Nietzche penolakan hidup tidak hanya karena orang berhadapan dengan penderitaan yang menakutkan. Penolakan juga dapat terjadi karena orang merasakan mempunyai kekuatan yang sangat dahsyat. Orang yang memaknai dunia lewat Ubermensch tidak gentar menghadapi berbagai dorongan hidupnya yang dahsyat. Dia tidak merasa asing dengan dorongan – dorongan yang semacam ini. Dengan nilai ubermensch, orang menjadi kerasan tinggal di dunia. Jadi bagi Nietzche, ubermensch adalah semacam pengganti Tuhan yang sudah dibunuhnya. Ubermensch adalah tujuan manusia didunia ini yang diciptakan oleh manusia itu sendiri untuk menggantikan setiap tujuan yang ditentukan dari luar.
Nietzche melukiskan situasi manusia ini bagaikan tali yang terentang antara binatang dan ubermensch, bagaikan tali yang melintasi suatu jurang. Bagi Nietzche, manusia bukanlah semata – mata produk alam sebagaimana diyakini Darwin. Manusia mempunyai potensi untuk mengatasi status kebinatangannya dan sekaligus mengarah pada Ubermensch. Kedudukan ini membuat manusia selalu dalam keadaan bahaya. Dia seolah – olah selalu dalam keadaan menyeberangi jurang : maju kedepan berbahaya, menoleh ke belakang berbahaya, berhenti dan bergemetar juga berbahaya. Menurut Nietzche manusia bersifat transisional dalam arti yang sesungguhnya. Manusia adalah makhluk yang tak henti – hentinya menyeberang dari binatang menuju ubermensch . dengan kata lain ciri khas manusia adalah mengatasi status kebinatangannya sekaligus menuju pada ubermensch. Tetapi menurut Nietzche manusia tidak dengan sendirinya bergerak menuju ubermensch kecuali kalau dia dapat mengatur naluri – naluri hidupnya.
Bagi orang – orang yang sedang menuju ubermensch, perasaan bersalah tidak lagi relevan. Perasaan bersalah hanya dialami orang – orang dekaden. Kategori salah dan benar diganti dengan kategori baik dan buruk. Dalam anti christ, ia menjelaskan bahwa baik adalah apa saja yang meningkatkan perasaan kehendak untuk berkuasa, dan buruk berarti apa saja yang keluar dari sikap yang lemah. Sedangkan behagia adalah perasaan akan bertambahnya kekuasaan dan keberhasilan mengatasi hambatan.
Ubermensch adalah makna dari dunia ini dan kemungkinan optimal yang dapat dipenuhi oleh seseorang. Kalau Nietzche berbicara tentang Ubermensch ,ia seolah – olah menunjuk suatu pribadi tertentu yang pada suatu saat benar – benar akan datang. Melalui mulut Zarathustra, ia menyatakan bahwa datangnya Ubermensch ini mensyaratkan pengorbanan diri demi dunia dan bukan demi bintang – bintang jauh di langit. Ia juga menyebutkan bahwa kedatangan Ubermensch harus disiapkan dengan segala daya pengetahuan dan karya. Ada juga yang menafsirkan bahwa Ubermensch sebagai seorang pribadi yang kuat . Sepenuhnya kerasan di dunia, tidak merasa perlu menghiraukan orang lain, tidak berfikir sedikit pun tentang apa yang terjadi di balik kubursatu – satunya tujuan baginya mencapai pemuasan setinggi – tingginya bagi nafsu berkuasa serta menghancurkan apa saja yang memperlemah dirinya.
Bagi Nietzche makna terbesar dunia terletak pada Ubermensch. Untuk mencapai makna terbesar itu, orang harus selalu menjadi jembatan menuju Ubermensch. Orang akan menjadi jembatan menuju Ubemensch, kalau seluruh hidupnya dijiwai semangat kehendak untuk berkuasa. Ini berarti bahwa orang harus selalu siap mengatasi naluri – naluri kebinatangannya dan mengatur hidupnya sedemikian rupa sehingga dia terus menerus mendapatkan pengalaman akan bertambahnya kekuasaaan.
Kembalinya Segala Sesuatu
Cinta dan kekekalan merupakan puncak dari ajaran Nietzsche setelah ajarannya tentang Ubermensch. Nietzsche begitu tergila-gila dengan kekekalan sehingga secara metaforis dia mengarahkan bahwa kekekalan adalah wanita idaman yang hendak dikawininya dan akhirnya hendak diajak untuk melahirkan anak. Ajaran Nietzsche tentang kekekalan tidak lain adalah ajarannya tentang kembalinya segala sesuatu (die ewige Weiderkehr des Gleichen, the eternal recurrence of the same). Bersama dengan ajarannya tentang Ubermensch, kembalinya segala sesuatu merupakan konsep utama dalam bukunya, Also Sprach Zarathustra. Dengan menggunakan kategori ilham, Nietzsche ingin menunjukkan betapa tinggi tingkat kepastian dan evidensi pemahamannya tentang kembalinya segala sesuatu. Pengalaman ini dating secara tiba-tiba dan amat jelas. Dan Nietzsche sendiri mengalami bahwa didalam dirinya ada semacam badai kebebasan, kemutlakan, dan kekuatan.
Gagasan kembalinya segala sesuatu bukan merupakan penemuan Nietzsche 100%. Nietzsche mengakui bahwa ajaran ini sudah banyak dibicarakan di kalangan filsuf Yunani kuno. Nietzsche melakukan berbagai macam cara untuk melukiskan pengalamannya yang mendalam akan kekekalan. Kekekalan dan kembalinya segala sesuatu adalah satu. Nietzsche terkadang mencucurkan airmata ketika menyadari bahwa dunia ini kekal; segala-galanya akan kembali lagi. Pergumulannya yang dinamis ini dilakukan dengan dentang-dentang jam, yang makin lama makin mendekatkan Nietzsche pada penyerahan kepada kekekalan.
Secara ringkas dapat dirumuskan bahwa kembalinya segala sesuatu adalah cara yang paling maksimal untuk mengafirmasi dunia. Dengan mengakui gagasan ini, orang sanggup menyatakan bahwa dunia ini berjalan dari, untuk, dan berdasarkan dirinya sendiri tanpa mempunyai tujuan akhir. Pandangan ini mempunyai konsekuensi bahwa dunia ini kekal sifatnya. Nietzsche berpendapat bahwa kebenaran-kebenaran dalam ilmu pengetahuan alam tidak lebih daripada fiksi-fiksi. Tetapi dia sendiri mencari dukungan ilmu pengetahuan bagi gagasannya tentag kembalinya segala sesuatu.
Nietzsche dan Pengaruhnya
Nietzsche telah mengilhami banyak filsuf Barat untuk melakukan kritik terhadap perkembangan kebudayaan Barat dan asumsi-asumsinnya. Di kalangan para filsuf Jerman, Martin Heidegger merupakan filsuf pertama yang mengkaji pemikiran Nietzsche secara sistematis. Filsuf lainnya yang mencari ilham dari Nietzsche adalah Karl Jaspers.
Gema paling kuat bergaung di Prancis, dimana Katolikisme mengakar paling kuat. Disana menjadi begitu popular di kalangan kaum muda yang dikenal sangat sinis terhadap agama. Dia tampil sebagai symbol pemberontakan terhadap berbagai kemapanan dogmatis, terutama domagtisme keagamaan. Sedangkan di kalangan para filsuf, pengaruh pemberontakannya tampak paling jelas di kalangan filsuf eksistensialis, seperti Albert Camus dan Jean Paul Sartre. Dua pemikir kontemporer Prancis yang menjadi penafsir utama pemikiran Nietzsche adalah Michel Foucault dan Jacques Derrida, yang sering dihubungkan dengan posstrukturalisme dan posmodernisme. Di samping para filsuf Barat, ada seorang filsuf dan penyair muslim yang menjadi pengagum sekaligus pengkritik Nietzsche, dia adalah Muhammad Iqbal dari Pakistan.
Mengenai Saya
![Foto saya](http://4.bp.blogspot.com/_OtQbYYCcLk8/TCYMP7oUeII/AAAAAAAAAAo/XhrJZmkzw3U/S220-s80/Picture+032.jpg)
- jaspers
- hei..hei met datang di blog kita,, anggota blog kami terdiri dari: Devini Hendraviertyani (10050007106) Iznarita (10050007112) Poppy Rindu (10050007113) Cut Putri Listya Utami (10050007115) Raden Nur Ardisa (10050007117)
0 komentar:
Posting Komentar